Seperti biasa, pagi itu saya
berangkat ke kantor. Pukul 06.15 waktu sidoarjo, jalanan masih agak basah
akibat hujan lebat semalam. Ada satu angkutan umum atau bemo yang saya
langganan, karena hampir setiap pagi ketemunya ya sama bemonya dia, yang satu tahu
juga bemonya cepat, Sidoarjo-Surabaya dia tempuh tidak lebih dari 45 menit,,,
Baiklah, cerita utama saya bukan
soal bemo itu,,,
Oke pagi itu, Pak Mat, sang supir
biasa dipanggil oleh hampir semua penumpangnya, berhenti di kiri jalan, ya saya
pikir menunggu penumpang langganan lainnya di salah satu terminal, ternyata
tidak.
Berhenti sebelah kiri, Pak Mat
berjalan menyeberang ke arah kanan jalan raya. Di ujung sana ada seorang ibu
tua berkisar usia 60 tahunan yang terlihat bingung ingin menyeberang karena
begitu padatnya jalan raya.
Ya mungkin Pak Mat sengaja ingin
menyebrangkan nenek itu untuk bisa naek ke bemonya, tujuan lainnya supaya tidak
di samber oleh supir atau kenek bemo lainnya, ternyata tidak, saya salah lagi
yang kedua kalinya.
Tangan kanan Pak Mat menggandeng
lengan nenek itu, tangan kirinya melambai ke arah kendaraan yang ramai lalu lalang,
sesampainya di seberang, Pak Mat meninggalkan nenek itu sambil berkata “Lain
kali ati2 buk, jangan nyebrang sendirian, jalanan tambah ramai, nanti takutnya
ada apa2”
Lalu pak mat kembali ke posisinya
sebagai supir bemo,
Saya salut, dibalik gerutuan
beberapa penumpang lain yang menganggap bahwa ‘mangkal’nya (sebutan untuk
berhenti guna menarik penumpang) terlalu lama...
Setelah kembali ke kursi supir
yang punggungnya ia alasi dengan bantal, ia berkata “saya jadi keinget ibu saya
di kampung kalo kayak gitu”
Lihatlah, Pak Mat hanyalah
seorang supir bemo, yang bemonya saja ia sewa, bukan milik dia pribadi, tapi
Pak Mat masih punya rasa peduli terhadap sesamanya, ia rela berhenti dan
meluangkan waktunya untuk hanya “sekedar” menyebrangkan jalan.
“sekedar” terkadang memang
sepele, bernilai kecil, atau bahkan tidak berharga, tapi “sekedar” ternyata
bisa membahagiakan dan melegakan perasaan seseorang.
Makanya, jangan menganggap semua
hal kecil yang bermakna “sekedar”.
Lalu apakah ada ceritamu yang
lebih dari “sekedar” cerita??