3.29.2013
Kebiasaan itu bernilai buruk
Ternyata semua hal yang “terbiasa” itu tidak bagus
Ketika ada banyak hal yang ternyata tidak lebih baik dari
yang kita terima sebelumnya
Saya jadi malu ketika bersorak pada teman2 kantor lama bahwa
ada hal apa saja yang bisa saya terima di kantor baru yang terdengar WAH bagi
mereka yang notabene pegawai kontrak putus, tentunya yang tidak mereka terima
di kantor itu
Seperti anak kecil yang doyannya makan cokelat, karna tau
coklat itu enak ya terima saja, tidak peduli coklat itu beracun atau sudah
kadaluarsa sekalipun
Saya mohon maaf jika ada pihak pihak yang tersinggung atau
tidak enak hati setelah membaca posting saya kali ini, saya hanya ingin
meluapkan isi hati dalam tulisan
Terbiasa dengan teman 1 tim CS sebanyak 28 orang,
Terbiasa dengan toilet dengan semprotan air (entah apalah
namanya),
Terbiasa tarik antrian sebanyak mungkin untuk mendapat
reward akhir bulan,
Terbiasa makan dalam waktu 45 menit-1 jam tanpa diobrak
abrik ketik ada nasabah,
Terbiasa siap di depan counter pukul 07.15 wib,
Lalu terbiasa sarapan di atas meja counter, berdandan di
meja counter, morning briefing pukul 07.45wib, dan tarik antrian pukul
8 tet
Terbiasa dengan poloshirt-jeans-flat shoes-watches
Terbiasa lembur untuk mengejar uang lembur
Terbiasa ngobrol ngalur ngidul di sela2 jam layanan
Oh my God, I’m perfectly missing you guys...
3.10.2013
Trotoar..
Saya anggap bahwa memasang keramik pada area trotoar adalah
suatu kesalahan
Sadarnya saya pada saat harus pulang jalan kaki, keadaan
hujan dan bermodalkan payung
Jalanan kiri kanan di daerah jalan raya darmo surabaya,
semua sisi trotoar memang terlihat cantik, terlihat rapih, tapi satu hal yang
mungkin tidak terpikirkan oleh yang mengonsep nya
Yaitu keramik
Keramik memiliki kelemahan jika diguyur hujan, licin
Mayoritas orang di perkotaan memang tak ambil pusing, jika
hujan mereka tinggal telepon taxi saja untuk bisa sampai di tempat tujuan, itu
jika mereka tidak mempunyai kendaraan, mobil-motor-bemo-ato juga sepeda
Tapi ada satu dua orang yang rela jalan kaki di tengah
guyuran hujan, saya
Jalan di atas trotoar jadi sangat tidak aman, hampir
terpeleset, jika turun ke jalan rayanya takut juga diserempet kendaraan dari
arah berlawanan, belum lagi kecipratan mobil yang lewat kencang
Ya saya Cuma ingin menyampaikan saran dan kekesalan saya,
mungkin saja suatu saat nanti Pemerintah Kota Surabaya akan merubah konsep
jalan trotoar tersebut. (amin)
Masalah Rumah Tangga...
Akhir akhir ini ada satu dua orang teman yang menulis status hingga pasang
Profile Picture yang saya anggap tidak pantas dan memalukan
“klo kerja ga usa matiin hape, bilang ajah kalo mau
selingkuh, “
“kamu lebih milih teman2 kamu daripada aku, kalo begitu
caranya yang uda mending cerai ajah”
Saya sebagai pembaca jadi merasa risih
Saya tau itu ungkapan kekesalan mereka pada pasangan yang
tidak setia atau yang “ndablek”
Kita teman2 wanita jadi ribut sendiri ngomongin soal mereka,
jadi bahan gosip, jadi bahan obrolan negatif
hingga salah seorang teman yang mungkin sudah mulai gemas,
update status
“untuk teman2 yang sudah menikah dan mempunyai masalah
dengan pasangan atau rumah tangganya, alangkah bijaknya jika tidak update
status atau di share di wall”
Saya setuju, bahwa pertengkaran dan keributan antar pasangan
memanglah urusan pribadi, tidak pantas di pamerkan pada orang lain
Kecuali Anda anggap sebagai suatu prestasi hebat, ya monggo
monggo saja untuk di share, supaya orang lain kena dampak positifnya,
masalahnya apakah yang Anda share itu memberikan dampak positif?
Yang ada hanyalah gambaran diri sendiri yang negatif yang
akan ditangkap oleh teman2 Anda
Ya memang mulutmu harimaumu...
3.04.2013
untuk apa bekerja?
Beberapa tahun menyandang predikat ‘pegawai swasta’, di antaranya banyaknya orang
yang saling menyikut-mencari muka demi sebuah jabatan, sempat terbersit dalam
pikiran “jika saja kita bekerja tanpa
peduli berapa banyak uang yang akan dihasilkan atau setinggi apa jabatan yang
bisa diraih, mungkin bekerja itu akan lebih membahagiakan-menyenangkan-dan
menenangkan”
Tanpa gosip membandingkan gaji antara rekan kerja yang satu
dengan yang lain
Tanpa rasa iri, tanpa rasa cemas, mengapa gaji dia lebih
besar?
Tanpa dag dig dug menanti pagi hari saat tanggal gajian,
ambil HP, transaksi info saldo via Mobile Banking, walau mata belum sepenuhnya ‘melek’
Ada satu teman di
kantor baru saya, ketika saya tanya “kok mau kerja disini?” jawabannya simple, “untuk
bayar utang” kebetulan 4 kartu kreditnya dibobol teman dekatnya sampe benar2
jebol dan sudah kabur duluan, sungguh apes,,
Ada lagi teman lainnya yang berangkat pulang kantor tanpa
perlu bingung panas maupun hujan, mobil sudah disiapkan oleh orang tuanya, enak
nian,,
Sempat juga saya bertanya pada diri sendiri, jika mereka
para orang kaya tetap bekerja sebagai pegawai swasta, walaupun tanpa kerjapun
mereka sudah ‘urip’, Pasti gajinya untuk sekedar uang jajan-uang bensin, ahhh
senangnya, tidak usah bingung membagi uang gaji untuk uang kos-uang makan-uang
transpot-uang pulsa-uang untuk orang
tua-uang untuk tagihan kartu kredit, Handphone-Gadget nya saja sudah
lebih dari dua...
Jika memang karena uang, lalu mengapa para pengajar sekolah
dasar di pedalaman yang sudah 10 tahun mengajar pun masih dianggap sebagai
pegawai honorer, tidak pernah diangkap sebagai pegawai negeri, toh ya mereka
senang bahagian dan ayem
Tapi jika bukan uang yang dicari, lalu apa? Beritahu saya
jika Anda sudah tahu jawabannya...
Bukannya mata duitan tapi hidup memang perlu uang, bahkan
untuk sekedar parkir dan buang air di tempat umum, pasti butuh uang,,,
Subscribe to:
Posts (Atom)