3.29.2013

TABUNGAN TANPA ISI UANG

Pagi sampai siang tadi saya hadir dalam sebuah seminar motivasi, bukan karena niat mendaftar jadi peserta tapi karena amanat dari kantor, jika tidak hadir harus membayar sejumlah uang denda

 

Seminar motivasi berjudl “serve with heart” dipimpin oleh seorang bapak paruh baya berbaju batik coklat, namanya Jamil Azzaini,

Beliau bercerita mengapa namanya jamil yang dalam bahasa arab ternyata berarti cantik dan indah, padahal notabene’nya dia seorang laki. Karena kedua orangtuanya menginginkan anak cewek maka disiapkan nya nama perempuan, ehh ternyata lahirnya lelaki maka disisipi oleh Azzaini sebagai nama belakangnya.

Saya tidak terlalu mengenal dia yang katanya seorang motivator itu, tapi apalah peduli saya, pokoknya saya hadir. Ternyata saya bisa dapat banyak ilmu dari bapak 3 orang anak itu.

Para peserta diajarkan mengenai HUKUM KEKEKALAN ENERGI.

HUKUM KEKEKALAN ENERGI di dapat dari jumlah usaha.

Jika sekarang kita kerja “soroh” (susah), semua pekerjaan sudah dihasilkan semaksimal mungkin tapi kok ya gajinya segitu gitu ajah? Kok ga naek2?

Jumlah usaha banyak tapi hasilnya kemana?

HASIL USAHA menghasilkan hasil yang terlihat dan hasil tidak terlihat

Hasil yang tidak terlihat disebut sebagai TABUNGAN ENERGI POSITIF (EPOS)

Sama seperti tabungan yang ada di bank, tidak mungkin jika kita datang ke bank lalu mau narik uang tanpa punya tabungan di bank tersebut,

Jika ingin memperoleh hasilnya, mana mungkin bisa didapat tanpa melakukan sebuah ataupun beberapa usaha terlebih dahulu

Dari mana TABUNGAN ENERGI POSITIF didapat? Yakni dari setiap perbuatan-perkataan yang kita lakukan sehari hari, dan untuk menjadikannya positif jelas kita juga harus berbuat positif.

Jika dalam sehari paling tidak melakukan 1x saja perbuatan positif maka dalam setahun kita sudah mendapat 365 tabungan positif, bedanya tabungan ini tidak memiliki kartu ATM untuk bisa diambil isinya sewaktu waktu, lalu kapan dapat hasil tabungan plus bunganya?

Saya tidak tahu, Anda tidak tahu, Kita semua tidak tahu, tapi percayalah bahwa Tuhan punya catatannya, tidak mungkin tertukar dengan orang lain, hanya saja mungkin kita belum saatnya...

Kebiasaan itu bernilai buruk

Ternyata semua hal yang “terbiasa” itu tidak bagus

Ketika ada banyak hal yang ternyata tidak lebih baik dari yang kita terima sebelumnya

Saya jadi malu ketika bersorak pada teman2 kantor lama bahwa ada hal apa saja yang bisa saya terima di kantor baru yang terdengar WAH bagi mereka yang notabene pegawai kontrak putus, tentunya yang tidak mereka terima di kantor itu

Seperti anak kecil yang doyannya makan cokelat, karna tau coklat itu enak ya terima saja, tidak peduli coklat itu beracun atau sudah kadaluarsa sekalipun

Saya mohon maaf jika ada pihak pihak yang tersinggung atau tidak enak hati setelah membaca posting saya kali ini, saya hanya ingin meluapkan isi hati dalam tulisan

Terbiasa dengan teman 1 tim CS sebanyak 28 orang,
Terbiasa dengan toilet dengan semprotan air (entah apalah namanya),

Terbiasa tarik antrian sebanyak mungkin untuk mendapat reward akhir bulan,

Terbiasa makan dalam waktu 45 menit-1 jam tanpa diobrak abrik ketik ada nasabah,

Terbiasa siap di depan counter pukul 07.15 wib,

Lalu terbiasa sarapan di atas meja counter, berdandan di meja counter, morning briefing pukul 07.45wib, dan tarik antrian pukul 
8 tet

Terbiasa dengan poloshirt-jeans-flat shoes-watches

Terbiasa lembur untuk mengejar uang lembur

Terbiasa ngobrol ngalur ngidul di sela2 jam layanan

Oh my God, I’m perfectly missing you guys...

3.10.2013

Trotoar..

Saya anggap bahwa memasang keramik pada area trotoar adalah suatu kesalahan

Sadarnya saya pada saat harus pulang jalan kaki, keadaan hujan dan bermodalkan payung

Jalanan kiri kanan di daerah jalan raya darmo surabaya, semua sisi trotoar memang terlihat cantik, terlihat rapih, tapi satu hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh yang mengonsep nya

Yaitu keramik

Keramik memiliki kelemahan jika diguyur hujan, licin
 
Mayoritas orang di perkotaan memang tak ambil pusing, jika hujan mereka tinggal telepon taxi saja untuk bisa sampai di tempat tujuan, itu jika mereka tidak mempunyai kendaraan, mobil-motor-bemo-ato juga sepeda

Tapi ada satu dua orang yang rela jalan kaki di tengah guyuran hujan, saya

Jalan di atas trotoar jadi sangat tidak aman, hampir terpeleset, jika turun ke jalan rayanya takut juga diserempet kendaraan dari arah berlawanan, belum lagi kecipratan mobil yang lewat kencang


Ya saya Cuma ingin menyampaikan saran dan kekesalan saya, mungkin saja suatu saat nanti Pemerintah Kota Surabaya akan merubah konsep jalan trotoar tersebut. (amin)

Masalah Rumah Tangga...

Akhir akhir ini ada satu dua orang  teman yang menulis status hingga pasang Profile Picture yang saya anggap tidak pantas dan memalukan




“klo kerja ga usa matiin hape, bilang ajah kalo mau selingkuh, “

“kamu lebih milih teman2 kamu daripada aku, kalo begitu caranya yang uda mending cerai ajah”

Saya sebagai pembaca jadi merasa risih

Saya tau itu ungkapan kekesalan mereka pada pasangan yang tidak setia atau yang “ndablek”

Kita teman2 wanita jadi ribut sendiri ngomongin soal mereka, jadi bahan gosip, jadi bahan obrolan negatif

hingga salah seorang teman yang mungkin sudah mulai gemas, update status
“untuk teman2 yang sudah menikah dan mempunyai masalah dengan pasangan atau rumah tangganya, alangkah bijaknya jika tidak update status atau di share di wall”

Saya setuju, bahwa pertengkaran dan keributan antar pasangan memanglah urusan pribadi, tidak pantas di pamerkan pada orang lain

Kecuali Anda anggap sebagai suatu prestasi hebat, ya monggo monggo saja untuk di share, supaya orang lain kena dampak positifnya, masalahnya apakah yang Anda share itu memberikan dampak positif?

Yang ada hanyalah gambaran diri sendiri yang negatif yang akan ditangkap oleh teman2 Anda

Ya memang mulutmu harimaumu...

3.04.2013

untuk apa bekerja?

Beberapa tahun menyandang predikat  ‘pegawai swasta’, di antaranya banyaknya orang yang saling menyikut-mencari muka demi sebuah jabatan, sempat terbersit dalam pikiran  “jika saja kita bekerja tanpa peduli berapa banyak uang yang akan dihasilkan atau setinggi apa jabatan yang bisa diraih, mungkin bekerja itu akan lebih membahagiakan-menyenangkan-dan menenangkan”

Tanpa beban harus berpikir apakah pulang lebih dari jam kantor lalu tidak dihitung lembur
Tanpa gosip membandingkan gaji antara rekan kerja yang satu dengan yang lain
Tanpa rasa iri, tanpa rasa cemas, mengapa gaji dia lebih besar?
Tanpa dag dig dug menanti pagi hari saat tanggal gajian, ambil HP, transaksi info saldo via Mobile Banking, walau mata belum sepenuhnya ‘melek’

Ada satu teman di kantor baru saya, ketika saya tanya “kok mau kerja disini?” jawabannya simple, “untuk bayar utang” kebetulan 4 kartu kreditnya dibobol teman dekatnya sampe benar2 jebol dan sudah kabur duluan, sungguh apes,,

Ada lagi teman lainnya yang berangkat pulang kantor tanpa perlu bingung panas maupun hujan, mobil sudah disiapkan oleh orang tuanya, enak nian,,

Sempat juga saya bertanya pada diri sendiri, jika mereka para orang kaya tetap bekerja sebagai pegawai swasta, walaupun tanpa kerjapun mereka sudah ‘urip’, Pasti gajinya untuk sekedar uang jajan-uang bensin, ahhh senangnya, tidak usah bingung membagi uang gaji untuk uang kos-uang makan-uang transpot-uang pulsa-uang untuk orang  tua-uang untuk tagihan kartu kredit, Handphone-Gadget nya saja sudah lebih dari dua...

Jika memang karena uang, lalu mengapa para pengajar sekolah dasar di pedalaman yang sudah 10 tahun mengajar pun masih dianggap sebagai pegawai honorer, tidak pernah diangkap sebagai pegawai negeri, toh ya mereka senang bahagian dan ayem

Tapi jika bukan uang yang dicari, lalu apa? Beritahu saya jika Anda sudah tahu jawabannya...


Bukannya mata duitan tapi hidup memang perlu uang, bahkan untuk sekedar parkir dan buang air di tempat umum, pasti butuh uang,,,