Sialan! Kenapa juga Tuhan
mempertemukan kamu padaku? Lebih sialnya lagi,aku tau sekarang kamu
itu seperti apa.
Aku muak padamu. Harusnya kamu tau
menunggu itu lebih menjengkelkan dari rasa lapar. Apalagi lapar
menunggu kamu. Kamunya malah asik dengan teman teman ajojingmu di
klub itu. Kamu suruh aku menunggu kelaparan di kamar kos reot bau
pesing ini.
Aku muak padamu. Harusnya kamu tau
berkorban itu perlu. Apalagi berkorban buat cinta. Ahh...taik lah itu
cinta. Cuma ‘say hai’ saja. Berapa kali aku mengangkang buat
kamu? Kamu malah mengangkang demi pria lain.
Aku muak padamu. Mau tidur, hingga
bangun tidur, mengapa guling sebelahku kelamaan jadi mirip kamu?
Padahal aku tau, hidungmu mancung, senyummu memikat, gigimu putih
berjajar rapih. Bukan seperti guling yang rata berwarna sarung hijau,
hijau kesukaanmu itu, berhiaskan sedikit pulau liur akibat semalam
mimpi kamu. Sialan! Dalam mimpi pun kamu hadir.
Aku muak padamu. Tubuhmu yang wangi
itu, membuatku lupa, lupa betapa bangsatnya kamu. Kamu malah
mengataiku ‘perempuan taik’, padahal kamu sendiri lebih bau dari
taik ku.
Aku muak padamu. Lama aku menunggu,
kamu tetap tidak berucap, tidak memberi jawaban. Katamu ‘jalani
saja’, malah aku artikan sebagai ‘tiduri saja’.
Aku muak padamu. Uang selalu jadi
tujuanmu, alasanmu, senjatamu. Kamu memang tidak punya cukup uang.
Bukan berarti tidak jadi mengawini aku. Toh kawin tidak melulu pake
uang. Tidak melulu juga pake cinta. Cuma asal mau berkorban saja.
Katamu Cuma perlu semalam saja, kawin pun jadi. Kamu pikir kucing?
Aku muak padamu. Lalu kapan kita
kawin?
Aku muak padamu.
Mengapa aku terbiasa dengan suara
nafasmu?
Mengapa aku terbiasa melihat cara
makanmu?
Mengapa aku terbiasa dengar suaramu?
Mengapa aku terbiasa melihat layar
HP ku bertuliskan namamu?
Mengapa aku terbiasa mencium bau
keringatmu?
Mengapa aku terbiasa dengan KAMU ?
Sialan! Aku semakin MUAK padamu. Aku
mencumbumu. Kamu mencumbunya. Dia yang katamu lebih menggairahkan.
Menggairahkan apanya, jika dadanya saja datar, baunya keringat, tidak
ada wangi parfum. Apa yang bisa kamu mainkan dari tubuhnya? Apa kamu
bisa merangsang ketika mencium lehernya yang berjakun itu? Memainkan
rambutnya yang dipotong cepak? Apa kamu menikmati ketika mengelus
pahanya yang berbulu keriting?
Aku muak padamu. Bisa bisanya kamu
memilih dia ketimbang aku. Maka aku tau kenapa kau tak mau mengawini
aku. Buat apa juga aku kawin dengan lelaki yang Cuma doyanya main
cinta dimalam hari. Saat kau tak mendapat jatahnya, barulah kau
mengetuk pintu kamar kos ku. Mengerang, memohon supaya aku membuka
selangkangan, dan aku mengutuk dalam hati. Terkutuklah kamu makhluk
lelaki yang otaknya Cuma berisi kelamin wanita saja. mending aku lanjutkan bercinta dengan wanita saja. lebih saling menikmati satu sama lain.
Surabaya, 22 Juni 2013, 00:17